Sabtu, 23 Februari 2013

Contoh pendahuluan pendidikan bahasa - sastra indonesia

1.  Pendahuluan
            Aneka Widya sebagai jurnal pendidikan dan pengajaran adalah media untuk mensosialisasikan  dan mengkomunikasikan produk karya ilmiah seluruh staf dosen di IKIP Negeri Singaraja. Sebagai media komunikasi, Aneka Widya akan berperanan penting sebagai ujung tombak untuk mensosialisasikan  dan mengkomunikasikan keberadaan produk lembaga dengan lembaga lain baik di tingkat lokal, nasional bahkan mungkin di tingkat internasional. Itu berarti, kualitas produk karya ilmiah yang berupa hasil penelitian maupun kajian pustaka dari seluruh staf dosennya akan tampak dan tercermin pada karya tulisnya di Aneka Widya. Dengan demikian kualitas karya tulis pada Aneka Widya sebagai jurnal pendidikan dan pengajaran milik IKIP Negeri Singaraja merupakan salah satu tolok ukur kualitas produktivitas lembaga. Menyadari peran penting tersebut, Aneka Widya sebagi jurnal pendidikan dan pengajaran harus tampil berkualitas melalui karya-karya tulis ilmiah para dosennya.
            Berdasarkan hasil penilain tim akreditasi jurnal ilmiah tahun 2001 dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Aneka Widya secara keseluruhan memperoleh nilai 79,50 yang berkategori baik. Perolehan akumulasi nilai tersebut setelah ditelusuri per butir kriteria penilaian, ternyata dari segi substansi dan penyunting terimplisit penggunaan bahasa, perolehan nilainya sebatas kategori C (sedang) (Tim Akreditasi, 2001). Bila dilihat secara keseluruhan, perolehan nilai tersebut untuk sementara dapat melegakan hati. Tetapi, kalau ditelusuri lebih jauh penyebab akumulasi perolehan nilai tersebut tentu kualitasnya masih perlu dibenahi dan ditingkatkan. Upaya pembenahan dan peningkatan mutu ini sebagai upaya untuk dapat meraih nilai yang lebih tinggi  yakni nilai A, agar sejajar dengan jurnal karya ilmiah  perguruan tinggi lain seperti ITB (Institut Teknologi Bandung), UI(Universitas Indonesia) dan lain-lainnya. Dengan demikian,  segi penggunaan bahasanya sebagai salah satu faktor penyebabnya perlu mendapat perhatian untuk dibenahi dan ditingkatkan terutama tingkat kekohesifan  teks yang mempengaruhi pembaca dalam upaya memahami bacaan.
            Abstrak merupakan bagian dari karya ilmiah yang berfungsi sangat strategis bagi keseluruhan isi karya ilmiah. Abstrak merupakan potret mini dari keseluruhan isi  karya ilmiah. Pembaca yang memiliki waktu terbatas, cenderung memfokuskan perhatiannya untuk membaca bagian abstrak  karya ilmiah tersebut. Sedangkan untuk membuat abstrak yang benar-benar  mencerminkan hal-hal prinsip keseluruhan isi suatu karya ilmiah tidaklah pekerjaan mudah. Para penulis sering mengalami kesulitan dalam menciptakan kepaduan dan keutuhan teks. Berdasarkan pengamatan sekilas penulis sebagai staf redaksi pada Aneka Widya, bahwa kekurang paduan teks  cenderung tampak pada jurnal pendidikan dan pengajaran bidang non-pendidikan bahasa. Untuk itu pengamatan dan penelitian yang intensif perlu dilakukan untuk memastikan kebenarannya.
            Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah : (1) seberapakah tingkat kekohesifan abstrak artikel Aneka Widya jurnal pendidikan dan pengajaran non-pendidikan bahasa, dan (2) bagaimanakah penggunaan piranti kohesi abstrak artikel Aneka Widya jurnal pendidikan dan pengajaran  non-pendidikan bahasa IKIP Negeri Singaraja. Hasil penelitian ini akan bermanfaat memberikan informasi bagi para dosen sebagai umpan balik bagi penyempurnaan penulisan karya ilmiahnya untuk disalurkan ke jurnal Aneka Widya. Bagi para staf redaksi khususnya penyunting bahasa, hasil penelitian ini bermanfaat  sebagai bahan evaluasi untuk penyempurnaan kinerja selanjutnya agar Aneka Widya tampil lebih berkualitas. Sedangkan bagi lembaga, hasil penelitian ini akan memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk mengambil langkah –langkah penyempurnaan.
             Adapun teori yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut.  Teks bacaan terbangun atau terwujud atas sejumlah unsur pendukung yakni kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Semua unsur tersebut terwujud dalam teks bacaan yang merupakan wahana penuangan ide atau pikiran penulisnya. Unsur-unsur tersebut diisyaratkan tidak sekadar memiliki hubungan yang menggambarkan kesatuan (unity), melainkan juga dituntut adanya tataan dan jalinan erat antara satu unsur dan unsur lain, sehingga tercipta keselarasan teks. Tataan dan jalinan erat antarunsur inilah yang secara kualitatif  disebut hubungan kohesif (Widodo, 1987: 45).
            Kohesi dalam hubungannya dengan kepaduan atau kekohesifan, telah ditegaskan pula oleh para ahli bahwa kohesi merupakan suatu potensi untuk menghubungkan unsur-unsur dalam teks satu sama lain (Halliday dan Hasan, 1980: 27), dan menjadi suatu hal yang mendasar bagi pembentukan teks (Fowler, 1986: 61). Dalam hal ini, piranti kohesi sangat berperanan sebagai penjalin hubungan, karena teks yang kohesif akan membawa pengaruh pada kejelasan hubungan antara kesatuan  bentuk kebahasaan yang satu dan yang lainnya. Hubungan ini benar adanya terbukti dari adanya formula untuk menentukan tingkat kekohesifan teks (tulisan) yang dikembangkan oleh penulisnya berdasarkan frekuensi pemakaian piranti kohesi pada tulisan (teks) tersebut yang telah dikembangkan oleh Scinto (dalam Hartnett, 1986: 410). Formula ini melihat kekohesifan teks berdasarkan frekuensi pemakaian piranti kohesi dalam teks dengan membandingkan jumlah satuan topik (topic unit) yang ada dalam teks.
            Dalam pemahaman bacaan terjadi proses interaksi antara pembaca dan teks dalam suatu peristiwa membaca. Goodman (dalam  Smith, 1973: 25) mengemukakan bahwa pembaca menggunakan sistem simbul (cue system) secara serentak yaitu graphophonic, syntactic, dan semantic. Melalui tiga sistem simbul ini pembaca meramalkan makna teks.  Itu berarti dalam upaya pemahaman bacaan akan terjadi interaksi komunikasi antara pembaca dan teks yang dibaca. Tindak membaca melibatkan unsur pembaca, teks, dan interaksi antara pembaca dan teks. Unsur interaksi tersebut merupakan proses interpretasi makna teks yang bertujuan untuk menangkap pesan atau gagasan dari penulis. Teks itu sendiri adalah suatu kesatuan makna (Halliday dan Hasan, 1980: 2), dan kepaduan makna teks direalisasikan  oleh kohesi dengan piranti kohesinya. Dengan demikian memahami teks melibatkan aspek memahami pesan yang direalisasikan dalam satu kesatuan makna oleh kohesi melalui piranti kohesi dalam teks.
            Tingkat kekohesifan teks yang diwujudkan melalui pemakaian piranti kohesi dalam wacana tulis (karya ilmiah) merupakan faktor penting kebahasaan yang dapat mendukung atau pun menghambat upaya pembaca untuk memahami isi wacana tulis.  Sebagaimana yang dikemukakan oleh De Beaugrande (1980) bahwa piranti kohesi berfungsi membangun keefektifan suatu teks. Piranti kohesi terdiri atas unsur pengulangan (recurrence), kepastian (definiteness), koreferensi anafora, katafora, elipsis dan penghubung. Efesiensi teks terbentuk karena adanya piranti kohesi tersebut, yang berfungsi menjalin dan membentuk makna dan keurutannya dalam suatu teks, sehingga mudah bagi pembaca menginterpretasikan makna teks tersebut. Widodo (1987) lebih jauh menegaskan bahwa peranan dan fungsi piranti kohesi secara formal hadir sebagai alat penjalin keselarasan dan kepaduan teks akan berimplikasi pada kelancaran pemahaman teks.
            Hasil penelitian Domel (1990) dan Wendra (1995) menyimpulkan bahwa keamampuan mengidentifikasi piranti kohesi  dan kemampuan memahami bacaan menunjukkan korelasi yang tinggi. Tingkat kekohesifan teks mempengaruhi upaya pembaca dalam memahami bacaan. Dengan demikian tingkat kekohesifan teks bacaan berperanan penting dan mempengaruhi upaya pembaca  dalam memahami bacaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar