1.
Pendahuluan
Aneka
Widya sebagai jurnal pendidikan dan pengajaran adalah media untuk
mensosialisasikan dan mengkomunikasikan
produk karya ilmiah seluruh staf dosen di IKIP Negeri Singaraja. Sebagai media
komunikasi, Aneka Widya akan
berperanan penting sebagai ujung tombak untuk mensosialisasikan dan mengkomunikasikan keberadaan produk
lembaga dengan lembaga lain baik di tingkat lokal, nasional bahkan mungkin di
tingkat internasional. Itu berarti, kualitas produk karya ilmiah yang berupa
hasil penelitian maupun kajian pustaka dari seluruh staf dosennya akan tampak
dan tercermin pada karya tulisnya di Aneka
Widya. Dengan demikian kualitas karya tulis pada Aneka Widya sebagai jurnal pendidikan dan pengajaran milik IKIP
Negeri Singaraja merupakan salah satu tolok ukur kualitas produktivitas
lembaga. Menyadari peran penting tersebut, Aneka
Widya sebagi jurnal pendidikan dan pengajaran harus tampil berkualitas
melalui karya-karya tulis ilmiah para dosennya.
Berdasarkan hasil penilain tim
akreditasi jurnal ilmiah tahun 2001 dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Aneka Widya secara keseluruhan
memperoleh nilai 79,50 yang berkategori baik. Perolehan akumulasi nilai
tersebut setelah ditelusuri per butir kriteria penilaian, ternyata dari segi
substansi dan penyunting terimplisit penggunaan bahasa, perolehan nilainya
sebatas kategori C (sedang) (Tim Akreditasi, 2001). Bila dilihat secara
keseluruhan, perolehan nilai tersebut untuk sementara dapat melegakan hati.
Tetapi, kalau ditelusuri lebih jauh penyebab akumulasi perolehan nilai tersebut
tentu kualitasnya masih perlu dibenahi dan ditingkatkan. Upaya pembenahan dan
peningkatan mutu ini sebagai upaya untuk dapat meraih nilai yang lebih
tinggi yakni nilai A, agar sejajar
dengan jurnal karya ilmiah perguruan
tinggi lain seperti ITB (Institut Teknologi Bandung), UI(Universitas Indonesia)
dan lain-lainnya. Dengan demikian, segi
penggunaan bahasanya sebagai salah satu faktor penyebabnya perlu mendapat
perhatian untuk dibenahi dan ditingkatkan terutama tingkat kekohesifan teks yang mempengaruhi pembaca dalam upaya
memahami bacaan.
Abstrak merupakan bagian dari karya
ilmiah yang berfungsi sangat strategis bagi keseluruhan isi karya ilmiah.
Abstrak merupakan potret mini dari keseluruhan isi karya ilmiah. Pembaca yang memiliki waktu
terbatas, cenderung memfokuskan perhatiannya untuk membaca bagian abstrak karya ilmiah tersebut. Sedangkan untuk
membuat abstrak yang benar-benar
mencerminkan hal-hal prinsip keseluruhan isi suatu karya ilmiah tidaklah
pekerjaan mudah. Para penulis sering mengalami kesulitan dalam menciptakan
kepaduan dan keutuhan teks. Berdasarkan pengamatan sekilas penulis sebagai staf
redaksi pada Aneka Widya, bahwa
kekurang paduan teks cenderung tampak
pada jurnal pendidikan dan pengajaran bidang non-pendidikan bahasa. Untuk itu
pengamatan dan penelitian yang intensif perlu dilakukan untuk memastikan
kebenarannya.
Berdasarkan pemikiran tersebut di
atas, masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah : (1)
seberapakah tingkat kekohesifan abstrak artikel Aneka Widya jurnal pendidikan dan pengajaran non-pendidikan bahasa,
dan (2) bagaimanakah penggunaan piranti kohesi abstrak artikel Aneka Widya jurnal pendidikan dan
pengajaran non-pendidikan bahasa IKIP
Negeri Singaraja. Hasil penelitian ini akan bermanfaat memberikan informasi
bagi para dosen sebagai umpan balik bagi penyempurnaan penulisan karya
ilmiahnya untuk disalurkan ke jurnal Aneka
Widya. Bagi para staf redaksi khususnya penyunting bahasa, hasil penelitian
ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi
untuk penyempurnaan kinerja selanjutnya agar Aneka Widya tampil lebih berkualitas. Sedangkan bagi lembaga, hasil
penelitian ini akan memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan untuk mengambil langkah –langkah penyempurnaan.
Adapun teori yang melandasi penelitian ini
adalah sebagai berikut. Teks bacaan
terbangun atau terwujud atas sejumlah unsur pendukung yakni kata, frasa,
klausa, kalimat, dan paragraf. Semua unsur tersebut terwujud dalam teks bacaan
yang merupakan wahana penuangan ide atau pikiran penulisnya. Unsur-unsur
tersebut diisyaratkan tidak sekadar memiliki hubungan yang menggambarkan
kesatuan (unity), melainkan juga
dituntut adanya tataan dan jalinan erat antara satu unsur dan unsur lain,
sehingga tercipta keselarasan teks. Tataan dan jalinan erat antarunsur inilah
yang secara kualitatif disebut hubungan
kohesif (Widodo, 1987: 45).
Kohesi dalam hubungannya dengan
kepaduan atau kekohesifan, telah ditegaskan pula oleh para ahli bahwa kohesi
merupakan suatu potensi untuk menghubungkan unsur-unsur dalam teks satu sama
lain (Halliday dan Hasan, 1980: 27), dan menjadi suatu hal yang mendasar bagi
pembentukan teks (Fowler, 1986: 61). Dalam hal ini, piranti kohesi sangat
berperanan sebagai penjalin hubungan, karena teks yang kohesif akan membawa
pengaruh pada kejelasan hubungan antara kesatuan bentuk kebahasaan yang satu dan yang lainnya.
Hubungan ini benar adanya terbukti dari adanya formula untuk menentukan tingkat
kekohesifan teks (tulisan) yang dikembangkan oleh penulisnya berdasarkan
frekuensi pemakaian piranti kohesi pada tulisan (teks) tersebut yang telah
dikembangkan oleh Scinto (dalam Hartnett, 1986: 410). Formula ini melihat
kekohesifan teks berdasarkan frekuensi pemakaian piranti kohesi dalam teks
dengan membandingkan jumlah satuan topik (topic
unit) yang ada dalam teks.
Dalam pemahaman bacaan terjadi
proses interaksi antara pembaca dan teks dalam suatu peristiwa membaca. Goodman
(dalam Smith, 1973: 25) mengemukakan
bahwa pembaca menggunakan sistem simbul (cue
system) secara serentak yaitu graphophonic,
syntactic, dan semantic. Melalui tiga sistem simbul ini pembaca meramalkan makna
teks. Itu berarti dalam upaya pemahaman
bacaan akan terjadi interaksi komunikasi antara pembaca dan teks yang dibaca.
Tindak membaca melibatkan unsur pembaca, teks, dan interaksi antara pembaca dan
teks. Unsur interaksi tersebut merupakan proses interpretasi makna teks yang
bertujuan untuk menangkap pesan atau gagasan dari penulis. Teks itu sendiri
adalah suatu kesatuan makna (Halliday dan Hasan, 1980: 2), dan kepaduan makna
teks direalisasikan oleh kohesi dengan
piranti kohesinya. Dengan demikian memahami teks melibatkan aspek memahami
pesan yang direalisasikan dalam satu kesatuan makna oleh kohesi melalui piranti
kohesi dalam teks.
Tingkat kekohesifan teks yang
diwujudkan melalui pemakaian piranti kohesi dalam wacana tulis (karya ilmiah)
merupakan faktor penting kebahasaan yang dapat mendukung atau pun menghambat
upaya pembaca untuk memahami isi wacana tulis.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh De Beaugrande (1980) bahwa piranti
kohesi berfungsi membangun keefektifan suatu teks. Piranti kohesi terdiri atas
unsur pengulangan (recurrence),
kepastian (definiteness), koreferensi
anafora, katafora, elipsis dan penghubung. Efesiensi teks terbentuk karena
adanya piranti kohesi tersebut, yang berfungsi menjalin dan membentuk makna dan
keurutannya dalam suatu teks, sehingga mudah bagi pembaca menginterpretasikan
makna teks tersebut. Widodo (1987) lebih jauh menegaskan bahwa peranan dan
fungsi piranti kohesi secara formal hadir sebagai alat penjalin keselarasan dan
kepaduan teks akan berimplikasi pada kelancaran pemahaman teks.
Hasil penelitian Domel (1990) dan
Wendra (1995) menyimpulkan bahwa keamampuan mengidentifikasi piranti
kohesi dan kemampuan memahami bacaan
menunjukkan korelasi yang tinggi. Tingkat kekohesifan teks mempengaruhi upaya
pembaca dalam memahami bacaan. Dengan demikian tingkat kekohesifan teks bacaan
berperanan penting dan mempengaruhi upaya pembaca dalam memahami bacaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar